Kemaren ada yang menanyakan via email apakah pasangannya termasuk ejakulasi dini...inilah jawaban dari pertanyaan itu. Biar bisa sharing dengan yang lain.
Ejakulasi prematur (EP) alias ejakulasi dini atau ejakulasi prekoks adalah ejakulasi yang terjadi sebelum yang bersangkutan atau pasangan menginginkannya terjadi. (Bisa dibayangkan luasnya defenisi ini, tanpa batas waktu...). Ingat tentang Sarah Carmen? Wanita dengan 200-250 orgasme sehari ? Kalau pakai standar dia maka semua laki2 nggak ada yang masuk kategori EP...
Kalau dilihat defenisi ini maka standarnya adalah kepuasan pasangan, artinya pasangan sudah klimaks dan memang sudah nggak masalah kalau pasangannya ejakulasi atau malah mengharapkan pasangannya mengalami ejakulasi. Angka kejadiannya (prevalensi) tinggi yaitu antara 30-70% (USA).
Kalau kita urut berdasarkan waktu...yang paling "payah" adalah sudah ejakulasi sebelum ngapa2 in..., urutan berikutnya ejakulasi saat baru nempel (peltu=nempel tumpah), selanjutnya: baru "sebentar" (dua atau tiga kali gesek kali ya...)
Jika hanya sesekali saja mengalami EP, mungkin tidak menjadi persoalan, tetapi kalau setiap kali intercourse seperti itu...ini baru masalah...
EP dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok. Pertama Primer EP artinya selalu mengalami EP sejak pertama kali intercourse. Kedua Sekunder EP artinya dengan pasangan sebelumnya pernah "normal" ejakulasi, lalu dengan pasangan baru mengalami EP.
Penyebabnya adalah interaksi psikologis dan biologis. Penyebab secara psiologis : dulunya pernah berhubungan seks secara terburu2 karena takut ketahuan (pada masa muda atau saat awal onteraksi seksual) atau rasa bersalah terhadap sesuatu sehingga meningkatkan kecendrungan untuk segera mengakhiri hubungan seks. Penyebab biologis seperti kadar hormon yang rendah, infeksi saluran kemih dan lain-lain.
Komplikasi kesehatan nggak ada. Tetapi komplikasi yang mungkin timbul adalah Gangguan harmonisasi hubungan dengan pasangan dan yang kedua gangguan fertilitas (tidak mmpu menghamili pasangannya).
Penatalaksanaan dilakukan dengan metode terapi seksual dan obat2an.
1. Seks Terapi: 1 - 2 jam sebelum intercourse dianjurkan untuk maturbasi. Sehingga saat berhubungan rasa untuk ejakulasi menjadi berkurang.
2. Tehnik Memencet (squeeze technique), dimana pasangan disuruh berhubungan seperti biasa...pada saat terasa akan ejakulasi maka pasangan akan memencet ujung penis dekat pertemuan kepala dengan batang. Pencet sampai rasa ingin ejakulai hilang. Lanjutkan lagi dengan foreplay. Begitu seterusnya diulang2 sampai timing yang tepat untuk ejakulasi.
3. Obat-obatan: obat2an antidepresi seperti Zoloft, Prozac dll yang fungsinya memperlambat ejakulasi. Lidokain suatu zat anestesi dapat diberikan dalam bentuk salf (Lidonest) yang dioleskan pada kepala (bagian ujung penis) sehingga menjadi baal.
4. Psikoterapi : konseling dan terapi bicara dengan dokter atau konselor.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah apakah wanitanya mengalami apa yang dinamakan an-orgasmia atau mencapai orgasme dalam waktu yang lama. Dalam penelitian rata2 wanita mengalami orgasme 12-25 menit. Jika pasangan sulit mencapai orgasme maka pasti saja setiap laki2 masuk kedalam definisi EP. Selanjutnya adalah keluarnya cairan pre-ejakulasi (dari kelenjar Cowper) harus dketahui oleh pria bahwa itu bukanlah EP, melainkan suatu proses lubrikasi yang terjadi akibat stimulasi seksual. Yang terakhir disfungsi ereksi (ED) bisa merupakan gejala klinis dari suatu EP.
KLIK DISINI untuk mendownload e-book tentang mengendalikan ejakulasi dengan Yoga.
Ejakulasi prematur (EP) alias ejakulasi dini atau ejakulasi prekoks adalah ejakulasi yang terjadi sebelum yang bersangkutan atau pasangan menginginkannya terjadi. (Bisa dibayangkan luasnya defenisi ini, tanpa batas waktu...). Ingat tentang Sarah Carmen? Wanita dengan 200-250 orgasme sehari ? Kalau pakai standar dia maka semua laki2 nggak ada yang masuk kategori EP...
Kalau dilihat defenisi ini maka standarnya adalah kepuasan pasangan, artinya pasangan sudah klimaks dan memang sudah nggak masalah kalau pasangannya ejakulasi atau malah mengharapkan pasangannya mengalami ejakulasi. Angka kejadiannya (prevalensi) tinggi yaitu antara 30-70% (USA).
Kalau kita urut berdasarkan waktu...yang paling "payah" adalah sudah ejakulasi sebelum ngapa2 in..., urutan berikutnya ejakulasi saat baru nempel (peltu=nempel tumpah), selanjutnya: baru "sebentar" (dua atau tiga kali gesek kali ya...)
Jika hanya sesekali saja mengalami EP, mungkin tidak menjadi persoalan, tetapi kalau setiap kali intercourse seperti itu...ini baru masalah...
EP dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok. Pertama Primer EP artinya selalu mengalami EP sejak pertama kali intercourse. Kedua Sekunder EP artinya dengan pasangan sebelumnya pernah "normal" ejakulasi, lalu dengan pasangan baru mengalami EP.
Penyebabnya adalah interaksi psikologis dan biologis. Penyebab secara psiologis : dulunya pernah berhubungan seks secara terburu2 karena takut ketahuan (pada masa muda atau saat awal onteraksi seksual) atau rasa bersalah terhadap sesuatu sehingga meningkatkan kecendrungan untuk segera mengakhiri hubungan seks. Penyebab biologis seperti kadar hormon yang rendah, infeksi saluran kemih dan lain-lain.
Komplikasi kesehatan nggak ada. Tetapi komplikasi yang mungkin timbul adalah Gangguan harmonisasi hubungan dengan pasangan dan yang kedua gangguan fertilitas (tidak mmpu menghamili pasangannya).
Penatalaksanaan dilakukan dengan metode terapi seksual dan obat2an.
1. Seks Terapi: 1 - 2 jam sebelum intercourse dianjurkan untuk maturbasi. Sehingga saat berhubungan rasa untuk ejakulasi menjadi berkurang.
2. Tehnik Memencet (squeeze technique), dimana pasangan disuruh berhubungan seperti biasa...pada saat terasa akan ejakulasi maka pasangan akan memencet ujung penis dekat pertemuan kepala dengan batang. Pencet sampai rasa ingin ejakulai hilang. Lanjutkan lagi dengan foreplay. Begitu seterusnya diulang2 sampai timing yang tepat untuk ejakulasi.
3. Obat-obatan: obat2an antidepresi seperti Zoloft, Prozac dll yang fungsinya memperlambat ejakulasi. Lidokain suatu zat anestesi dapat diberikan dalam bentuk salf (Lidonest) yang dioleskan pada kepala (bagian ujung penis) sehingga menjadi baal.
4. Psikoterapi : konseling dan terapi bicara dengan dokter atau konselor.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah apakah wanitanya mengalami apa yang dinamakan an-orgasmia atau mencapai orgasme dalam waktu yang lama. Dalam penelitian rata2 wanita mengalami orgasme 12-25 menit. Jika pasangan sulit mencapai orgasme maka pasti saja setiap laki2 masuk kedalam definisi EP. Selanjutnya adalah keluarnya cairan pre-ejakulasi (dari kelenjar Cowper) harus dketahui oleh pria bahwa itu bukanlah EP, melainkan suatu proses lubrikasi yang terjadi akibat stimulasi seksual. Yang terakhir disfungsi ereksi (ED) bisa merupakan gejala klinis dari suatu EP.
KLIK DISINI untuk mendownload e-book tentang mengendalikan ejakulasi dengan Yoga.
0 comments:
Post a Comment