Saya kira, masih sangat banyak orang tua yang kebingungan dan kehabisan akal tentang bagaimana cara mendidik anaknya sendiri.
Bahkan, lebih buruk lagi adalah renggangnya komunikasi antara anak dan orang tuanya, anak tidak lagi menyukai orang tuanya.
Padahal, siapakah yang memenuhi kebutuhan hidup anak? Yaitu orang tuanya sendiri.
Sehingga, sangatlah menyedihkan melihat banyaknya anak yang tidak menyukai orang tuanya. Padahal orang tuanya-lah yang banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menghadapi fenomena ini tidak ada gunanya menyalahkan pihak manapun, apalagi menyalahakan anak yang tidak tahu apa-apa.
Yang perlu dilakukan adalah mengusut secara perlahan benang kusut ini . Disinilah orang tua harus berperan aktif untuk bisa memahami karakter dan perilaku anak dengan tepat.
Pertama, mari kita mulai mengusut masalah anak yang sulit sekali mengerti nasihat orang tuanya.
Banyak orang tua yang bertanya-tanya: “Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya sendiri, itukan untuk kebaikannya sendiri?”
“Mengapa anak saya tidak mau sama sekali mendengarkan nasehat ibunya yang tulus dari hati?”
“Mengapa anak saya melakukan hal-hal yang aneh, bahkan melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri?”
Banyak sekali hal-hal yang membuat hati orang tua risih karena kelakukan si anak.
Tidak perlu menyalahkan si anak secara mutlak, karena cara pikir anak belum-lah bisa sematang cara pikir orang dewasa.
Justru disini, Orang tua yang perlu pro-akif untuk bisa memahami bentuk pola pemikiran anak, serta mempelajari prilakunya.
Sebagai informasi penting, umumnya tindakan-tindakan yang dilakukan anak dan remaja hanya berdasarkan emosi semata. Bisa dikatakan lebih dari 90% dari mereka.
Dari sini, diambil sebuah kesimpulan yang sangat penting... Bahwa segala tindakan yang dilakukan anak dan remaja, kebanyakan hanya didorong oleh perasaannya. Hal itu karena kemampuan mereka dalam berpikir jernih, belumlah matang.
Sehingga hal inilah yang membuat upaya nasehat yang diberikan orang tua kepada anak, seringkali berujung pada kegagalan. Anak tidak patuh dalam menjalankan arahan orang tuanya.
Bahkan pada sebagian anak, ada yang secara terang-terangan menolak nasehat orang tuanya.
Orang tua yang berperan bak motivator yang memberikan petuah pada anak, jarang sekali nasehatnya yang sukses mau diterima anak. Malah anak bisa menjadi kesal pada orang tuanya karena terlalu sering ‘menceramahi’.
Keadaan emosi negatif yang dialami anak, membuatnya hampir tidak bisa menerima masukan yang positif. Kondisi emosi negatif ini muncul akibat rendahnya tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya.
Hal inilah yang membuat anak lebih tertutup pada orang tuanya, tidak mau membuka rahasia dirinya pada orang tua.
Anak berpikir, tidak ada gunanya menceritakan sesuatu yang dialami kepada orang tua.
Bahkan lebih miris lagi, banyak anak yang berpikir bahwa menceritakan pengalaman yang dialami kepada orang tua, nantinya pasti akan direspon negatif seperti dicemooh, dimarahi dan semacamnya.
Dari sini kita mengetahui, bahwa umumnya orang tua-lah yang paling bertanggung jawab atas gangguan prilaku anak yang buruk, yang susah sekali untuk dinasehati.
Disinilah, pentingnya orang tua mengetahui kondisi psikologi anak. Orang tua harus menjaga hati anak agar tidak tersakiti.
Seringnya hati anak yang tersakiti oleh perkataan dan tindakan orang tuanya (yang seringkali hal ini tidak disadari), membuat tingkat kepercayaan anak menurun pada orang tuanya.
Hingga, ketika semakin parah dan rendah tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya, maka segala nasehat yang diberikan orang tua kemungkinan besar akan ditolak oleh anak. Anak tidak mau mengikuti arahan orang tuanya.
Jika saja orang tua mampu untuk menjadi sosok yang mampu memayungi anak-anaknya dengan baik, maka kebaikan akan kembali kepada orang tua dan anak itu sendiri.
Akan sangat baik hasilnya apabila orang tua mampu dengan baik mengenali perasaan anak.
Jika hati anak dan orang tua sudah menyatu, maka anak nantinya bisa lebih terbuka kepada orang tuanya, dan mau menyempatkan waktu ‘pada hatinya’ untuk mendengarkan nasehat orang tua.
Hati anak yang menyatu dengan orang tua adalah hasil dari piawainya orang tua dalam menjalin hubungan dengan anaknya.
#Cara agar hubungan orang tua dan anak menjadi lebih baik
Wajib bagi orang tua untuk memberikan kasih sayang pada anaknya. Walaupun hal ini sudah banyak diketahui di masyarakat, tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang tua yang kurang dalam memberikan kasih sayang pada anaknya.
Minimnya anak mendapat kasih sayang dan perhatian, bahkan yang terjadi anak sering mendapatkan bentakan, Sudah jelas bahwa anak umumnya akan melawan pada orang tuanya.
Kesalahan anak yang melawan orang tuanya adalah buah dari kesalahan dari orang tua itu sendiri yang buruk dalam bermuamalah dengan sang anak.
Hal ini berbeda jika orang tua sudah memberikan bentuk muamalah (hubungan) yang baik dengan anak, tapi anak bertindak kasar pada orang tunya. Maka kemungkinan besar masalah ini terjadi karena lingkungan anak yang buruk.
Jika anak melihat lingkungannya adalah berisi orang-orang yang kasar, maka gaya kasar dalam berbicara akan masuk ke dalam jiwa anak.
Alhasil, walaupun orang tua sudah berkata lembut pada anaknya, justru akan dibalas oleh anak dengan perkataan yang kasar. Maka yang perlu dilakukan adalah mengontrol lingkungan anak bermain.
Pelajari tempat-tempat yang biasa anak bermain atau berada disana, jika ada tempat yang tidak baik seperti tempat itu adalah tempat menogkrong anak-anak yang suka merokok, minuman keras, berkata buruk, dll.
Maka orang tua wajib berusaha untuk mengganti tempat anak berada atau bermain, ke tempat yang baik, misalnya kumpulan anak-anak pengajian, dll.
Orang tua harus mengetahui kemana saja anak pergi, apa yang dialami, dan bentuk manusia seperti apa yang ditemui oleh anak. Hal ini penting untuk mengcounter anak agar jangan sampai anak jatuh ke jalan yang menyimpang.
Dengan lingkungan anak yang baik maka orang tua dapat selangkah lebih depan untuk bisa mendidik anak menjadi sosok yang penurut dan perhatian pada orang tuanya.
Untuk memiliki anak yang baik, maka penting bagi suami-istri agar membangun kualitas hubungan yang harmonis. Dimana anak akan melihat Ayah dan Ibunya saling menghormati, saling mencintai, serta berkata lembut satu sama lainnya. Hal ini berdampak sangat baik bagi psikologis anak.
#Pelajari pola pikir anak dan remaja
Hal lainnya yang penting diketahui orang tua, bahwa anak-anak dan remaja umumnya akan melakukan sesuatu aktivitas yang dikira mereka dapat membuat rasa nyaman. Sehingga tidak jarang ditemui ada banyak anak-anak yang melakukan hal-hal yang sebenarnya buruk, tetapi perasaan mereka mengatakan ini baik.
Karena inilah yang membuat banyak orang tua bertanya-tanya: “Mengapa anak saya melakukan hal aneh dan tidak berguna, bahkan merugikan dirinya sendiri ?”.
Kita sudah tahu penyebabnya, anak melakukan hal yang buruk karena perasaannya menganggapnya baik. Contoh simplenya adalah merokok yang sudah jelas-jelas merusak badan. Tapi aneh bin ajaib, sekarang banyak anak SMA dan SMP yang ‘berlomba-lomba’ untuk merokok karena menganggapnya keren.
Untuk itu, orang tua harus bersabar dan bersabar dalam memahamkan dan memperbaiki suatu hal yang salah pada anak. Betapa banyak hal buruk yang dianggap baik oleh anak. Disinilah peran besar orang tua untuk memahamkan anaknya pada hal yang baik dan benar.
#Jangan menasehati dalam bentuk kalimat mencela
Sebagai contoh seorang anak mengaku bahwa dirinya dihukum karena tidak mengerjakan PR. Anak memang melakukan kesalahan, tapi orang tua juga jangan melakukan kesalahan dalam merespon.
Seperti ingin menasehati tetapi malah mencela, seperti mengatakan “Dasar anak malas, kamu harus lebih disiplin dan lebih memperhatikan tugas di sekolah.”
Mencela anak dengan kata ‘malas’ seperti contoh diatas tidaklah memberikan manfaat sama sekali. Coba dikira-kira, apakah dengan mencela anak bahwa dirinya pemalas, lantas dirinya akan menjadi sosok yang rajin? Tidak sama sekali.
Justru anak akan tersinggung karena celaan tersebut, dan membuka ‘pintu setan’ yang membuat anak membenci orang tuanya sendiri.
Ketika anak sering tersakiti oleh kata-kata pedas dan kasar dari orang tuanya. Hal ini berujung pada emosi negatif yang membuat nasihat-nasihat orang tua (walaupun baik dan tulus) tidak akan dianggap lagi oleh anak. Jadi, penting berhati-hati dalam menjaga perasaan anak.
#Penting untuk mereka-reka, apakah anak membantah dan tidak menurut karena mereka kurang mendapat perhatian dan pengakuan
Orang tua harus mengetahui, ketika anak selalu saja membantah dan tidak menuruti arahan orang tua. Padahal arahan yang diberikan benar, dan apalagi anak tampaknya sudah tahu bahwa yang dikatakan orang tuanya adalah sesuatu yang benar. Tetapi anak tetap saja merespon negaif arahan orang tua.
Jika kondisinya demikian, kemungkinan besar yang dibutuhkan anak saat itu adalah hanya ingin didengar saja, anak tidak menginginkan solusinya.
Maka, dalam kondisi itu orang tua tidak perlu ‘ceramah’ di depan anaknya. Yang perlu dilakukan adaah cukup memberikan perhatian dan seyuman saja pada anak.
Maka 100% orang tua akan terkejut, ternyata anak tiba-tiba mau untuk terbuka, bahkan mereka tidak sungkan-sungkan untuk berbagi pikiran dan perasaannya. Sehingga orang tua dapat lebih mudah memberikan nasehat dan arahan, serta lebih mudah dalam mengetahui kondisi anak secara akurat (karena anak terbuka).
Orangtua jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil jalur cepat, inginnya langsung memberikan masukan dan menghakimi anak, karena jika terlalu serung dilakukan maka anak pasti akan merespon negatif. Percuma sudah ‘berbusa’ mulut menceramahi anak, tapi anak tidak mau mengerti. Hal itu karena kesalahan oang tua sendiri yang terlalu terburu-buru.
Yang paling dikhawatirkan adalah jika tindakan yang salah dilakukan oleh orang tua, menyebabkan anak menutup diri dan menghindar bicara dengan orang tuanya. Maka semakin sulit bagi orang tua unuk bisa memperbaiki anak.
Jika orang tua ingin agar Anak meyatakan pikiran dan perasaannya secara tulus, maka jangan bermudah-mudah dalam menghakimi dan mengkritik anak. Selama anak bercerita, biarkan saja anak megungkapkan emosinya tanpa orang tua berkomentar yang miring.
Manfaat dari orang tua yang bersabar untuk mendengarkan isi hati anaknya (menahan diri untuk berkomentar negatif), pendekatan ini mampu mengembangkan rasa percaya diri anak, anak terlatih untuk berpikir memperbaiki dirinya sendiri, serta berani menghadapi tantangan.
Sebagi penutup. Hal yang penting diingat orang tua, supaya anak mudah untuk diberikan arahan, dan anak mererima nasehat / arahan dengan baik:
Pertama: berikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak.
Kedua: Adil kepada semua anak. Jangan sampai ada seorang anak yang merasa bahwa dirinya dibandingkan saudaranya, kurang mendapatkan perhatian, kasing sayang dan materi (seperti uang, dll).
Ketiga: Orang tua harus peka dalam memahami hati, perasaan dan emosi anak. Anak sangat rentan dengan yang namanya ‘sakit hati, karena mereka masih terlalu mengedepankan perasaan. Jangan sampai dalam menasehati anak dilakukan sambil menghardik dan bernada tinggi. Pasti (atau kemungkinan besar) anak tidak akan mau mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya.
Keempat: Salurkan hobi dan bakat anak, hal ini sangat baik untuk pengembangan diri anak. Jika suatu saat anak mengingat bahwa orang tuanya telah berjasa untuk mendidiknya dengan sangat baik, maka anak akan sangat berterima kasih pada orang tuanya, serta sayang kepada orang tuanya.
Kelima: Jika hubungan Suami-Istri mengalami masalah, jangan sampai bertengkar di depan anak.
Keenam: Miliki waktu berkualitas untuk berkumpul dan bermain bersama anak-anak. Jangan memberikan anak hanya sisa-sisa tenaga, sehingga waktu bersama anak dan orang tua menjadi tidak berkualitas.
Ketujuh: Jika anak melakukan hal yang baik, maka berikan reward atau penghargaan pada anak. Dan jika anak melakukan hal yang buruk, maka orang tua harus memikirkan cara yang baik dan tepat untuk menegur anak. Orang tua perlu bersikap tegas pada waktu yang tepat.
Bahkan, lebih buruk lagi adalah renggangnya komunikasi antara anak dan orang tuanya, anak tidak lagi menyukai orang tuanya.
Padahal, siapakah yang memenuhi kebutuhan hidup anak? Yaitu orang tuanya sendiri.
Sehingga, sangatlah menyedihkan melihat banyaknya anak yang tidak menyukai orang tuanya. Padahal orang tuanya-lah yang banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menghadapi fenomena ini tidak ada gunanya menyalahkan pihak manapun, apalagi menyalahakan anak yang tidak tahu apa-apa.
Yang perlu dilakukan adalah mengusut secara perlahan benang kusut ini . Disinilah orang tua harus berperan aktif untuk bisa memahami karakter dan perilaku anak dengan tepat.
Anak dan Ayahnya | Sumber gambar: Pixabay.com |
Pertama, mari kita mulai mengusut masalah anak yang sulit sekali mengerti nasihat orang tuanya.
Banyak orang tua yang bertanya-tanya: “Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya sendiri, itukan untuk kebaikannya sendiri?”
“Mengapa anak saya tidak mau sama sekali mendengarkan nasehat ibunya yang tulus dari hati?”
“Mengapa anak saya melakukan hal-hal yang aneh, bahkan melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri?”
Banyak sekali hal-hal yang membuat hati orang tua risih karena kelakukan si anak.
Tidak perlu menyalahkan si anak secara mutlak, karena cara pikir anak belum-lah bisa sematang cara pikir orang dewasa.
Justru disini, Orang tua yang perlu pro-akif untuk bisa memahami bentuk pola pemikiran anak, serta mempelajari prilakunya.
Sebagai informasi penting, umumnya tindakan-tindakan yang dilakukan anak dan remaja hanya berdasarkan emosi semata. Bisa dikatakan lebih dari 90% dari mereka.
Dari sini, diambil sebuah kesimpulan yang sangat penting... Bahwa segala tindakan yang dilakukan anak dan remaja, kebanyakan hanya didorong oleh perasaannya. Hal itu karena kemampuan mereka dalam berpikir jernih, belumlah matang.
Sehingga hal inilah yang membuat upaya nasehat yang diberikan orang tua kepada anak, seringkali berujung pada kegagalan. Anak tidak patuh dalam menjalankan arahan orang tuanya.
Bahkan pada sebagian anak, ada yang secara terang-terangan menolak nasehat orang tuanya.
Orang tua yang berperan bak motivator yang memberikan petuah pada anak, jarang sekali nasehatnya yang sukses mau diterima anak. Malah anak bisa menjadi kesal pada orang tuanya karena terlalu sering ‘menceramahi’.
Keadaan emosi negatif yang dialami anak, membuatnya hampir tidak bisa menerima masukan yang positif. Kondisi emosi negatif ini muncul akibat rendahnya tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya.
Hal inilah yang membuat anak lebih tertutup pada orang tuanya, tidak mau membuka rahasia dirinya pada orang tua.
Anak berpikir, tidak ada gunanya menceritakan sesuatu yang dialami kepada orang tua.
Bahkan lebih miris lagi, banyak anak yang berpikir bahwa menceritakan pengalaman yang dialami kepada orang tua, nantinya pasti akan direspon negatif seperti dicemooh, dimarahi dan semacamnya.
Dari sini kita mengetahui, bahwa umumnya orang tua-lah yang paling bertanggung jawab atas gangguan prilaku anak yang buruk, yang susah sekali untuk dinasehati.
Disinilah, pentingnya orang tua mengetahui kondisi psikologi anak. Orang tua harus menjaga hati anak agar tidak tersakiti.
Seringnya hati anak yang tersakiti oleh perkataan dan tindakan orang tuanya (yang seringkali hal ini tidak disadari), membuat tingkat kepercayaan anak menurun pada orang tuanya.
Hingga, ketika semakin parah dan rendah tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya, maka segala nasehat yang diberikan orang tua kemungkinan besar akan ditolak oleh anak. Anak tidak mau mengikuti arahan orang tuanya.
Jika saja orang tua mampu untuk menjadi sosok yang mampu memayungi anak-anaknya dengan baik, maka kebaikan akan kembali kepada orang tua dan anak itu sendiri.
Akan sangat baik hasilnya apabila orang tua mampu dengan baik mengenali perasaan anak.
Jika hati anak dan orang tua sudah menyatu, maka anak nantinya bisa lebih terbuka kepada orang tuanya, dan mau menyempatkan waktu ‘pada hatinya’ untuk mendengarkan nasehat orang tua.
Hati anak yang menyatu dengan orang tua adalah hasil dari piawainya orang tua dalam menjalin hubungan dengan anaknya.
loading...
#Cara agar hubungan orang tua dan anak menjadi lebih baik
Wajib bagi orang tua untuk memberikan kasih sayang pada anaknya. Walaupun hal ini sudah banyak diketahui di masyarakat, tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang tua yang kurang dalam memberikan kasih sayang pada anaknya.
Minimnya anak mendapat kasih sayang dan perhatian, bahkan yang terjadi anak sering mendapatkan bentakan, Sudah jelas bahwa anak umumnya akan melawan pada orang tuanya.
Kesalahan anak yang melawan orang tuanya adalah buah dari kesalahan dari orang tua itu sendiri yang buruk dalam bermuamalah dengan sang anak.
Hal ini berbeda jika orang tua sudah memberikan bentuk muamalah (hubungan) yang baik dengan anak, tapi anak bertindak kasar pada orang tunya. Maka kemungkinan besar masalah ini terjadi karena lingkungan anak yang buruk.
Jika anak melihat lingkungannya adalah berisi orang-orang yang kasar, maka gaya kasar dalam berbicara akan masuk ke dalam jiwa anak.
Alhasil, walaupun orang tua sudah berkata lembut pada anaknya, justru akan dibalas oleh anak dengan perkataan yang kasar. Maka yang perlu dilakukan adalah mengontrol lingkungan anak bermain.
Pelajari tempat-tempat yang biasa anak bermain atau berada disana, jika ada tempat yang tidak baik seperti tempat itu adalah tempat menogkrong anak-anak yang suka merokok, minuman keras, berkata buruk, dll.
Maka orang tua wajib berusaha untuk mengganti tempat anak berada atau bermain, ke tempat yang baik, misalnya kumpulan anak-anak pengajian, dll.
Orang tua harus mengetahui kemana saja anak pergi, apa yang dialami, dan bentuk manusia seperti apa yang ditemui oleh anak. Hal ini penting untuk mengcounter anak agar jangan sampai anak jatuh ke jalan yang menyimpang.
Dengan lingkungan anak yang baik maka orang tua dapat selangkah lebih depan untuk bisa mendidik anak menjadi sosok yang penurut dan perhatian pada orang tuanya.
Untuk memiliki anak yang baik, maka penting bagi suami-istri agar membangun kualitas hubungan yang harmonis. Dimana anak akan melihat Ayah dan Ibunya saling menghormati, saling mencintai, serta berkata lembut satu sama lainnya. Hal ini berdampak sangat baik bagi psikologis anak.
#Pelajari pola pikir anak dan remaja
Hal lainnya yang penting diketahui orang tua, bahwa anak-anak dan remaja umumnya akan melakukan sesuatu aktivitas yang dikira mereka dapat membuat rasa nyaman. Sehingga tidak jarang ditemui ada banyak anak-anak yang melakukan hal-hal yang sebenarnya buruk, tetapi perasaan mereka mengatakan ini baik.
Karena inilah yang membuat banyak orang tua bertanya-tanya: “Mengapa anak saya melakukan hal aneh dan tidak berguna, bahkan merugikan dirinya sendiri ?”.
Kita sudah tahu penyebabnya, anak melakukan hal yang buruk karena perasaannya menganggapnya baik. Contoh simplenya adalah merokok yang sudah jelas-jelas merusak badan. Tapi aneh bin ajaib, sekarang banyak anak SMA dan SMP yang ‘berlomba-lomba’ untuk merokok karena menganggapnya keren.
Untuk itu, orang tua harus bersabar dan bersabar dalam memahamkan dan memperbaiki suatu hal yang salah pada anak. Betapa banyak hal buruk yang dianggap baik oleh anak. Disinilah peran besar orang tua untuk memahamkan anaknya pada hal yang baik dan benar.
#Jangan menasehati dalam bentuk kalimat mencela
Sebagai contoh seorang anak mengaku bahwa dirinya dihukum karena tidak mengerjakan PR. Anak memang melakukan kesalahan, tapi orang tua juga jangan melakukan kesalahan dalam merespon.
Seperti ingin menasehati tetapi malah mencela, seperti mengatakan “Dasar anak malas, kamu harus lebih disiplin dan lebih memperhatikan tugas di sekolah.”
Mencela anak dengan kata ‘malas’ seperti contoh diatas tidaklah memberikan manfaat sama sekali. Coba dikira-kira, apakah dengan mencela anak bahwa dirinya pemalas, lantas dirinya akan menjadi sosok yang rajin? Tidak sama sekali.
Justru anak akan tersinggung karena celaan tersebut, dan membuka ‘pintu setan’ yang membuat anak membenci orang tuanya sendiri.
Ketika anak sering tersakiti oleh kata-kata pedas dan kasar dari orang tuanya. Hal ini berujung pada emosi negatif yang membuat nasihat-nasihat orang tua (walaupun baik dan tulus) tidak akan dianggap lagi oleh anak. Jadi, penting berhati-hati dalam menjaga perasaan anak.
#Penting untuk mereka-reka, apakah anak membantah dan tidak menurut karena mereka kurang mendapat perhatian dan pengakuan
Orang tua harus mengetahui, ketika anak selalu saja membantah dan tidak menuruti arahan orang tua. Padahal arahan yang diberikan benar, dan apalagi anak tampaknya sudah tahu bahwa yang dikatakan orang tuanya adalah sesuatu yang benar. Tetapi anak tetap saja merespon negaif arahan orang tua.
Jika kondisinya demikian, kemungkinan besar yang dibutuhkan anak saat itu adalah hanya ingin didengar saja, anak tidak menginginkan solusinya.
Maka, dalam kondisi itu orang tua tidak perlu ‘ceramah’ di depan anaknya. Yang perlu dilakukan adaah cukup memberikan perhatian dan seyuman saja pada anak.
Maka 100% orang tua akan terkejut, ternyata anak tiba-tiba mau untuk terbuka, bahkan mereka tidak sungkan-sungkan untuk berbagi pikiran dan perasaannya. Sehingga orang tua dapat lebih mudah memberikan nasehat dan arahan, serta lebih mudah dalam mengetahui kondisi anak secara akurat (karena anak terbuka).
Orangtua jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil jalur cepat, inginnya langsung memberikan masukan dan menghakimi anak, karena jika terlalu serung dilakukan maka anak pasti akan merespon negatif. Percuma sudah ‘berbusa’ mulut menceramahi anak, tapi anak tidak mau mengerti. Hal itu karena kesalahan oang tua sendiri yang terlalu terburu-buru.
Yang paling dikhawatirkan adalah jika tindakan yang salah dilakukan oleh orang tua, menyebabkan anak menutup diri dan menghindar bicara dengan orang tuanya. Maka semakin sulit bagi orang tua unuk bisa memperbaiki anak.
Jika orang tua ingin agar Anak meyatakan pikiran dan perasaannya secara tulus, maka jangan bermudah-mudah dalam menghakimi dan mengkritik anak. Selama anak bercerita, biarkan saja anak megungkapkan emosinya tanpa orang tua berkomentar yang miring.
Manfaat dari orang tua yang bersabar untuk mendengarkan isi hati anaknya (menahan diri untuk berkomentar negatif), pendekatan ini mampu mengembangkan rasa percaya diri anak, anak terlatih untuk berpikir memperbaiki dirinya sendiri, serta berani menghadapi tantangan.
Sebagi penutup. Hal yang penting diingat orang tua, supaya anak mudah untuk diberikan arahan, dan anak mererima nasehat / arahan dengan baik:
Pertama: berikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak.
Kedua: Adil kepada semua anak. Jangan sampai ada seorang anak yang merasa bahwa dirinya dibandingkan saudaranya, kurang mendapatkan perhatian, kasing sayang dan materi (seperti uang, dll).
Ketiga: Orang tua harus peka dalam memahami hati, perasaan dan emosi anak. Anak sangat rentan dengan yang namanya ‘sakit hati, karena mereka masih terlalu mengedepankan perasaan. Jangan sampai dalam menasehati anak dilakukan sambil menghardik dan bernada tinggi. Pasti (atau kemungkinan besar) anak tidak akan mau mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya.
Keempat: Salurkan hobi dan bakat anak, hal ini sangat baik untuk pengembangan diri anak. Jika suatu saat anak mengingat bahwa orang tuanya telah berjasa untuk mendidiknya dengan sangat baik, maka anak akan sangat berterima kasih pada orang tuanya, serta sayang kepada orang tuanya.
Kelima: Jika hubungan Suami-Istri mengalami masalah, jangan sampai bertengkar di depan anak.
Keenam: Miliki waktu berkualitas untuk berkumpul dan bermain bersama anak-anak. Jangan memberikan anak hanya sisa-sisa tenaga, sehingga waktu bersama anak dan orang tua menjadi tidak berkualitas.
Ketujuh: Jika anak melakukan hal yang baik, maka berikan reward atau penghargaan pada anak. Dan jika anak melakukan hal yang buruk, maka orang tua harus memikirkan cara yang baik dan tepat untuk menegur anak. Orang tua perlu bersikap tegas pada waktu yang tepat.
0 comments:
Post a Comment